Hubungan Junk Food dengan Kesehatan Mental Anak

Makanan siap saji atau junk food menjadi pilihan yang sangat menarik bagi pecinta kuliner masa kini. Junk food memiliki daya tarik tersendiri karena menawarkan kepraktisan bagi konsumennya. Tetapi hal tersebut dapat menimbulkan dampak bagi perkembangan anak.

Junk Food Vs Kesehatan Mental Anak

Hasil beberapa studi menunjukkan bahwa pola konsumsi junk food telah meningkat secara signifikan terutama bagi anak dan remaja. Salah satu studi yang telah dilakukan adalah penelitian tentang evaluasi hubungan antara pola konsumsi junk food dengan kesehatan mental pada anak dan remaja dengan melakukan survei di Iran.

Sejak kecil, anak-anak secara tidak sengaja terpapar budaya mengkonsumsi junk food melalui iklan serta kemudahan akses melalui restoran cepat saji yang tersedia di pusat perbelanjaan.

Karakteristik junk food itu sendiri mempunyai dampak negatif bagi konsumen yaitu:

  • Nilai lemak yang tinggi pada junk food menjadi pemicu terjadinya obesitas (kegemukan) pada anak dan remaja karena mengandung lemak yang cukup tinggi. Obesitas akan meningkatkan risiko terjadinya penyumbatan pembuluh darah, penyakit jantung koroner bahkan stroke.
  • Gula berlebih yang dapat memicu penyakit Diabetes Melitus.
  • Kadar garam berlebih menjadi salah satu faktor risiko terjadinya penyakit hipertensi.
  • Mengandung soda yang di dalamnya terdapat fosfor yang dapat meningkatkan risiko terbentuknya batu ginjal.

Data epidemiologis menunjukkan bahwa setidaknya 20% dari anak dan remaja mengalami masalah kesehatan mental akibat pola konsumsi junk food yang berlebihan. Bahkan menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO) hingga 50% masalah kesehatan mental ini menjadi hal yang krusial pada kelompok remaja

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh beberapa ilmuwan yang dipimpin oleh Hoda Zahedi dari Obesity and Eating Habits Research Center dan Tehran University of Medical Sciences menyatakan bahwa untuk mengetahui dan mengevaluasi hubungan antara pola konsumsi Junk food dengan kesehatan mental pada anak-anak dan remaja dapat dilakukan dengan sistem CASPIAN IV (Childhood and Adolescence Surveillance and Prevention of Adult Non Communicable Disease). Pada metode survei CASPIAN IV ini, sebanyak 13486 orang responden berasal dari siswa sekolah tingkat dasar, menengah dan perguruan tinggi di Iran yang dipilih secara tertentu dari 30 provinsi di Iran. dengan rentang usia 6 sampai 18 tahun.

Di dalam penelitian ini, junk food didefinisikan menjadi empat kelompok yaitu:

  • Makanan Manis terdiri atas biskuit, kukis, kue tart, cokelat, dan permen.
  • Minuman manis terdiri dari minuman ringan baik yang bersoda ataupun tidak bersoda.
  • Fast Food terdiri dari hotdog, hamburger, fried chicken, spaghetty, dan pizza.
  • Snack Asin yang terdiri dari pop corn, keripik, keju olahan dan sebagainya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang mengkonsumsi junk food dengan jenis minuman manis dan snack asin secara rutin setiap hari memiliki risiko lebih tinggi secara signifikan terkena gangguan psikologis dari pada mereka yang jarang mengkonsumsi jenis junk food tersebut.

Berdasarkan perbandingan jenis kelamin, perempuan memiliki tingkat prevalensi gangguan kejiwaan dan perilaku kekerasan lebih tinggi secara signifikan dibandingkan laki-laki. Kesimpulan pada penelitian ini, junk food dapat meningkatkan risiko gangguan psikologis dan perilaku kekerasan pada anak dan remaja.

Solusi Junk Food

Untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan mental pada anak dan remaja, ada beberapa solusi yang bisa digunakan oleh orang tua untuk menerapkan pola hidup sehat tanpa harus meninggalkan junk food yaitu melalui pembuatan junk food alternatif seperti:

  • Nugget yang diolah dengan bahan baku sayur-sayuran seperti brokoli, kentang ataupun wortel.
  • Mi yang dibuat sendiri dengan menggunakan sayur-sayuran.
  • Ayam goreng Ala Restoran cepat saji yang diolah dengan menggunakan teknik penggorengan deep frying sehingga kandungan lemak jenuh yang menjadi penyebab kolesterol dapat dikurangi.
  • Mengganti minuman ringan dengan jus buah-buahan segar, atau pun puding yang diolah dengan kreatif.

Dengan demikian, para orang tua harus menjaga anaknya agar membatasi konsumsi junk food secara terus-menerus sebagai makanan sehari-hari dan perlu tahu Penyebab Anak Susah Makan. Yang terbaik adalah menyiapkan bekal makanan untuk anak anda.

Referensi:  Zahedi Hoda. et al. 2014. Association between junk food consumption and mental health in a national sample of Iranian children and adolescents: The CASPIAN-IV study. ELSEVIER 30: 1391-1397.

Lentera Sehat

Pemerhati kesehatan yang suka berbagi artikel kesehatan berdasarkan sumber referensi yang dapat dipercaya.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *