Kejang pada Anak Akibat Infeksi Sistem Saraf Pusat

Kejang atau konvulsi mengindikasikan adanya gangguan rangsangan elektrik pada sistem saraf pusat. Jenis-jenis kejang berdasarkan sumber lepas muatan listrik, yaitu kejang fokal (parsial) dan kejang umum (sentrensefalik). Namun, kejang dapat pula terjadi secara bertahap, diawali dengan kejang fokal terlebih dahulu dan selanjutnya menjalar keseluruh tubuh (generalisasi).

Kejang sering menimbulkan gangguan kesadaran pada anak dan dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial, herniasi otak, sampai kematian. Oleh karena itu, seseorang yang mengalami kejang harus segera mendapat perawatan medis darurat.

Kejang Pada Anak

Infeksi sistem saraf pusat (SSP) dapat disebabkan oleh bakteri atau virus. Infeksi tersebut dapat menyerang otak (ensefalitis) atau meningitis (membran pelapis otak). Meningitis pada anak umumnya disebabkan oleh Neisseria meningitidis, Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, enterovirus, adenovirus, dan virus Epstein-Barr.

Sekitar 80% dari kasus meningitis terjadi pada 5 tahun pertama kehidupan seorang anak. Secara umum, gejala awal meningitis umumnya tidak spesifik, yaitu demam, muntah, mengantuk, dan kejang. Pada anak, gejala-gejala tersebut ditambah dengan sakit kepala, fotofobia, dan kaku kuduk atau kesulitan untuk memfleksikan leher. Selain meningitis, ensefalitis juga dapat terjadi pada anak, terutama anak dengan gizi buruk.

Organisme yang dapat menyebabkan ensefalitis antara lain virus herpes simpleks-1, varicella zoster, virus Epstein-Barr, dan HIV. Ensefalitis berhubungan dengan gejala-gejala serebral, seperti kejang dan mengantuk. Sekitar 15-60% anak dengan ensefalitis mengalami kejang

Penanganan kejang pada anak oleh Dokter

Penting bagi dokter untuk dapat menangani kejang pada anak dengan cepat dan tepat berdasarkan Unit Kerja Koordinasi (UKK) Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 2016. Penatalaksanaan anak dengan status epileptikus terdiri atas tata laksana prehospital dan hospital, dengan tata laksana hospital terdiri atas Intensive Care Unit (ICU) dan Gawat Darurat (GD).

Penanganan kejang pada anak didahului dengan pemberian obat golongan benzodiazepin yang bekerja short acting, seperti diazepam dan midozolam. Jika anak masih kejang, lanjutkan dengan pemberian obat yang bekerja long acting, seperti fenitoin atau fenobarbital.

Apabila kejang belum juga berhenti, dokter dapat memberikan midazolam infus secara kontinu, profofol, atau pentobarbital. Akan tetapi, tidak semua fasilitas kesehatan memiliki persediaan fenitoin injeksi maupun fenobarbital. Pada kondisi tersebut, tata laksana prehospital (di rumah atau selain di rumah sakit) menjadi pilihan alternatif.

Anak diberikan diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak yang berat badannya di bawah 12 kg atau dosis 10 mg untuk anak yang berat badannya di atas 12 kg. Jika tidak tersedia diazepam rektal, dokter dapat memberikan diazepam secara intravena. Diazepam intravena diberikan dengan dosis 0,2-0,5 mg/kg.

Bila kejang belum berhenti, berikan diazepam sekali lagi dengan dosis yang sama. Di rumah sakit, apabila setelah pemberian diazepam yang kedua kalinya anak masih kejang, berikan diazepam infus secara kontinu sebanyak 0,01- 0,1 mg/kg/menit. Pemberian diazepam infus kontinu tersebut diberikan oleh dokter saat anak berada di ICU.

Bila kejang belum juga berhenti, dokter memberikan asam valproat rektal sebanyak 20 mg/kg. Cara membuat asam valproat rektal tersebut adalah dengan mengencerkan asam valproat sirup bersama larutan NaCl 0,9% dengan perbandingan dosis 1:1. Urutan pemberian asam valproat rektal dan diazepam infus kontinu dapat ditukar. Artinya, asam valproat rektal dapat diberikan terlebih dahulu.

Setelah kejang berhenti, dokter harus memberikan rumatan karena anak masih memiliki risiko untuk mengalami kejang berulang. Rumatan diberikan secara oral atau melalui nasogastric tube (NGT) dengan obat pilihannya antara lain fenitoin oral, fenobarbital, asam valproat, karbamazepin, atau levetiracetam dan topiramat (tunggal atau kombinasi) sampai anak diizinkan pulang.

Narasumber: dr. Dwi Putro Widodo, Sp.A(K), MNeuro Sci Divisi Neurologi Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM

Glosarium

  • Infeksi = proses masuknya berbagai mikroorganisme (kuman seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit) ke dalam tubuh.
  • Rumatan = perawatan, pemeliharaan (maintenance).

 

 

Penanganan Kejang pada Anak – Lentera Sehat

Lentera Sehat

Pemerhati kesehatan yang suka berbagi artikel kesehatan berdasarkan sumber referensi yang dapat dipercaya.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *