Pedoman Gizi Seimbang Pengganti 4 Sehat 5 Sempurna

Masyarakat lebih mengenal istilah 4 Sehat 5 Sempurna dibandingkan dengan Gizi Seimbang. Dulu makanan 4 sehat 5 sempurna, terdiri dari nasi, lauk, buah, sayur (4 sehat) dan ditambah susu menjadi 5 sempurna. Kini konsep itu diperbaiki menjadi makanan bergizi seimbang.

Gizi Seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan (BB) ideal.

Sejarah 4 Sehat 5 Sempurna (4S5S)

Sejak tahun 1950, kampanye tentang makan makanan yang bergizi baik sudah mulai didengungkan. Jargon kampanye ‘4 Sehat 5 Sempurna’ (4S5S) kala itu dipopulerkan oleh seorang Guru Besar bernama Poerwo Soedarmo atau yang hingga kini dikenal sebagai Bapak Gizi Nasional.

4 Sehat 5 Sempurna saat itu dipahami sebagai konsep yang membagi makanan menjadi terdiri atas empat sumber nutrisi penting yaitu makanan pokok, lauk-pauk, sayur-mayur, dan buah-buahan. Keempat sumber nutrisi penting itu lalu disempurnakan dengan susu yang dapat dikonsumsi sesuai kemampuan daya beli masyarakat. Jadi, empat sumber nutrisi penting menjadi lima sempurna dengan minum susu.

Menurut catatan Yayasan Kegizian Pengembangan Fortifikasi pangan Indonesia, kampanye 4S5S saat itu juga diasumsikan sebagai solusi tepat menjawab berbagai persoalan gizi di tanah air. Kebiasaan makan masyarakat makin sehat sehingga berbagai masalah kesehatan karena kekurangan dan kelebihan gizi dapat dicegah dan dikurangi

Namun, asumsi ini tidak terwujud baik di Indonesia maupun di negara lain termasuk AS sebagai negara asal kampanye 4S5S atau “Basic Four” itu dengan berbagai fakta yang berkembang di tengah masyarakat dunia.

Fakta yang ditemukan antara lain menyebutkan, susunan makanan terdiri atas empat sumber nutrisi penting dalam 4S5S masih dianggap belum tentu sebagai makanan sehat karena masih harus melihat porsi dan jenis zat gizinya sesuai dengan kebutuhan seseorang dan usianya.

Selain itu, susu bukan “makanan sempurna” seperti anggapan umum selama ini. Dengan anggapan itu banyak orang, termasuk kalangan pemerintah, menganggap susu merupakan “jawaban” atas masalah gizi. Sebenarnya, susu adalah sumber protein hewani yang juga terdapat pada telur, ikan dan daging.

Maka, slogan 4S5S kemudian dianggap tidak lagi sesuai dengan perkembangan iptek gizi. “Basic Four” dari AS yang diciptakan tahun 1940an bertujuan mencegah pola makan orang Amerika yang cenderung banyak lemak, tinggi gula, dan kurang serat. Namun, setelah dievaluasi tahun 1970-an, ternyata slogan ini tidak memperbaiki pola makan penduduk Amerika, yang disertai dengan meningkatnya penyakit degeneratif terkait gizi. Sejak itu, slogan “Basic Four”diperbarui dan disempurnakan menjadi “Nutrition Guide for Balance Diet.”

Pedoman Gizi Seimbang (PGS)

Pada konferensi pangan sedunia yang diadakan oleh FAO tahun 1992 di Roma dan Genewa, antara lain ditetapkan agar semua negara berkembang yang semula menggunakan slogan sejenis “Basic Four” memperbaiki menjadi “Nutrition Guide for Balance Diet.”

Keputusan FAO ini lalu diterapkan di Indonesia dalam kebijakan Repelita V tahun 1995 dengan nama Pedoman Gizi Seimbang (PGS) dan menjadi bagian dari program perbaikan gizi. Namun, dalam perjalanannya, PGS kurang disosialisasikan sehingga terjadi pemahaman yang salah dan masyarakat cenderung tetap menggunakan 4S5S.

Baru pada tahun 2009 secara resmi PGS diterima masyarakat, sesuai dengan Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang menyebutkan secara eksplisit “Gizi Seimbang” dalam program perbaikan gizi.

Yayasan Kegizian dalam situs resminya memaparkan pula beberapa prinsip PGS antara lain menegaskan bahwa selain jenis makanan, pola makan juga memperhatikan pula proporsi yang berbeda untuk setiap kelompok yang disesuaikan atau diseimbangkan dengan kebutuhan tubuh. PGS pun memperhatikan aspek kebersihan makanan, aktivitas fisik, dan kaitannya dengan pola hidup sehat lain.

Susu, dalam PGS, ditempatkan dalam satu kelompok sebagai sumber protein hewani yang baik. Dari segi kualitas protein, telur diketahui lebih baik dari susu karena daya cerna protein telur lebih tinggi daripada susu.

Apapun istilahnya, saat ini yang terpenting adalah terpenuhinya gizi yang baik dalam konsumsi masyarakat sehari-hari. Makanan bergizi tidak selalu mahal dan yang perlu diperhatikan adalah makanan yang mengandung zat gizi seimbang, meliputi protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral

Makanan sehat tidak dilihat dari berat asupan per jenis bahan pangan (nasi, terigu, daging, ikan, dan lainnya) tapi lebih dilihat dari aspek asupan zat gizi secara total makanan.

Sumber zat gizi protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral dapat diperoleh dari ikan, kedelai, kacang-kacangan lainnya. Vitamin dan mineral diperoleh dari sayuran lokal seperti bayam, kangkung, tomat dan lainnya, serta buah-buahan. Data Global Nutrition Report 2014 menunjukkan, Indonesia termasuk negara yang memiliki masalah gizi yang kompleks. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya prevalensi stunting, prevalensi wasting, dan masalah gizi lebih.

Masalah gizi memiliki dampak yang luas, tidak saja terhadap kesakitan, kecacatan, dan kematian, tapi juga terhadap pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas dengan produktivitas optimal. Tips Cara Sederhana Melihat Tubuh Sehat Atau Belum.

 

Pedoman Gizi Seimbang Pengganti 4 Sehat 5 Sempurna

Lentera Sehat

Pemerhati kesehatan yang suka berbagi artikel kesehatan berdasarkan sumber referensi yang dapat dipercaya.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *