Pentingnya Toilet Training Sejak Dini

Toilet Training Sejak Dini

Ada kalanya kita terpaksa menggunakan toilet saat berada di tempat-tempat publik seperti mall, bandara dan stasiun. Toilet di pusat perbelanjaan dan bandara biasanya terhitung bersih berkat petugasnya yang siap siaga. Meskipun kondisi toilet cukup nyaman, masih saja tercium bau tidak sedap karena orang-orang yang mungkin tidak pernah mendapat pelajaran toilet traning sejak masih kanak-kanak.

Apa yang dimaksud toilet training? Untuk itu, simak pentingnya toilet training sejak dini!

Toilet training

Toilet training adalah proses pembelajaran pemakaian toilet dengan benar. Tidak hanya belajar buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) dengan cara yang benar.

Toilet training juga mengajarkan kebersihan keseluruhan yang meliputi cara membasuh dengan benar area vital setelah BAB dan BAK, serta membersihkan toilet sehabis pakai.

Jujur saja, masih banyak orang dewasa yang belum menyadari toilet training ini. Contoh: mungkin Anda pernah mengetahui atau bisa jadi dilingkungan keluarga, ada anak usia sekolah masih saja mengompol.

Atau amati kamar mandi di rumah Anda! Pernahkah tercium bau tidak sedap dari kotoran air seni atau tinja? Nah, bisa jadi bau tidak sedap tersebut karena si pemakai lupa menyiram atau tidak bersih membasuh toilet.

Itulah fungsi toilet training yang merupakan solusi dari permasalahan yang terlihat sepele, tetapi sangat mengganggu.

Ajarkan anak toilet training

Toilet training diajarkan pada saat anak masih berusia sedini mungkin yaitu usai 1 atau 2 tahun. Menurut psikolog anak, toilet tranining juga menjadi patokan orangtua untuk mengetahui tumbuh kembang anaknya.

Mengajarkan toilet training pada anak tentu membutuhkan kesabaran yang tinggi. Namun, perlu diingat orangtua tidak boleh terlihat memaksa pada anak.

Sebab, anak bisa stress dan malah berbuat yang membahayakan kesehatannya, seperti menahan buang air besar atau air kecil.

Hal yang harus diperhatikan orangtua saat mengajarkan toilet training adalah kesiapan fisik dan mentalnya, seperti:

  1. Perhatikan popok atau pampernya apakah kering atau basah saat bangun tidur.
  2. Ekspresi anak saat ingin buang besar atau buang air kecil. Perhatikan juga ekspresi saat anak enggan atau sedang menahan buang air.
  3. Anak selalu bertanya ketika melihat orangtuanya menggunakan toilet rumah.
  4. Anak selalu memberitahukan orangtuanya ketika popoknya basah dan minta segera diganti.
  5. Anak menolak ketika dipakaikan popok atau pampers dan memilih langsung mengenakan celana dalam.
  6. Anak berusaha mencoba melepas dan mengenakan pakaiannya sendiri.

Keenam tanda tersebut bisa menjadi patokan bahwa anak telah siap diajarkan toilet training dan mulailah langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Kenalkan kata “pipis” untuk ekspresi buang air kecil dan “ee” untuk buang air besar.
  2. Gunakan pispot sesuai ukuran tubuhnya dan ajarkan anak buang air kecil atau besar ditempat sesungguhnya.
  3. Setelah mengerti fungsi pispot, bawalah anak ke kamar mandi ketika ingin buang air besar atau kecil.
  4. Ajarkan cara membasuh alat vital yang benar.

Keempat langkah diatas merupakan bentuk sederhana mengajarkan anak toilet training.

Sadar kebersihan diri dan juga kebersihan toilet setelah habis pakai merupakan tujuan dari pentingnya toilet training sejak dini. Toilet training yang ditanamkan sejak dini membawa dampak bagi anak hingga usia dewasa kelak.

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *