Tumbuhan Meniran Sebagai Obat Herbal

Meniran yang memiliki nama ilmiah Phyllanthus niruri dari famili Euphorbiaceae sering kali dianggap tanaman liar, tidak menarik bahkan merupakan tanaman pengganggu atau gulma yang harus dimusnahkan. Padahal tanaman ini bisa menjadi obat herbal.

Meniran yang merupakan salah satu terna liar yaitu tumbuhan berbatang lunak dan tidak membentuk kayu ini berasal dari Asia tropik dan telah tersebar di seluruh benua di Afrika, Amerika, dan Australia. Tumbuhan ini dapat hidup subur di daerah lembab pada dataran rendah hingga dataran tinggi 1.000 meter.

Umumnya meniran tumbuh secara liar di tepi sungai, pantai, di antara rerumputan dan semak, hutan, ladang atau lahan bekas sawah, tanah telantar, di sekitar pekarangan rumah, baik di pedesaan maupun di perkotaan.

Tumbuhan meniran dengan tinggi sekitar 40-100 cm ini, mempunyai akar tunggang dan sepasang bunga, yaitu bunga jantan yang keluar di bawah ketiak daun dan bunga betina yang keluar di atas ketiak daun. Daun meniran mirip dengan daun asam, berbentuk lonjong dan tersusun majemuk. Daun meniran memiliki rasa pahit, agak asam, serta bersifat sejuk atau mendinginkan.

Di beberapa daerah di Indonesia, meniran (Phyllanthus niruri) dikenal dengan nama meniran ijo, meniran merah, memeniran (Jawa), gosau ma dungi, gusau ma dungi roriha, lokal ba’me tano, sidukung anak, dudukung anak, baket sikolop (Sumatera),    bobolungo, sidukung anak (Sulawesi),  ambin buah (Dayak dan Banjar), belalang babiji (Maluku).

Sedangkan di luar negeri meniran biasa disebut dengan nama stone breaker, shaterrstone, chamber bitter, leafflower, quinine weed (Amerika Selatan), zhen chu cao, ye xia zhu (China), child pick a back (Inggris), kilaneli (India), dan arrebenta pedira (Brasil).

Tumbuhan Meniran Sebagai Obat Herbal

Terdapat beberapa jenis meniran, tetapi yang yang biasa digunakan untuk pengobatan tradisional  adalah spesies Phyllanthus niruri, L. dan Phyllanthus urinaria, L. Secara empiris dan klinis, berfungsi sebagai antipiretik (pereda demam), antibakteri (antibiotik), antihepatotoksik (melindungi hati dari racun), antitusif (pereda batuk), antiradang, antivirus, ekspektoran (peluruh dahak), diuretik (peluruh air seni dan mencegah pembentukan kristal kalsium oksalat), hipoglikemik (menurunkan kadar glukosa darah), serta sebagai immunostimulan (merangsang sel imun bekerja lebih aktif).

Tumbuhan meniran telah lama digunakan masyarakat Indonesia secara turun-temurun untuk mengobati beragam penyakit seperti diare, malaria, sariawan, batu ginjal, sakit kuning, ayan, sakit gigi, gonorhoe, dan antiradang.

Di Vietnam dan Kamboja, meniran juga digunakan sebagai menangkal TBC. Di Thailand, secara tradisional herba ini digunakan untuk penangkal demam dan peluruh air seni. Di Malaysia meniran digunakan sebagai obat herbal untuk menghadang penyakit kulit, sifilis, dan gonorhoe.

Sementara itu, di India berdasarkan pengobatan Ayurveda, sejak 2.000 tahun yang lalu, meniran secara luas digunakan untuk mengobati gangguan menstruasi, diare, gangguan pada kulit, diabetes, kencing nanah, dan terbukti mampu mengatasi hepatitis B.

Di Peru, meniran dicampur dengan perasan air jeruk nipis, diminum sebagai tonikum untuk penderita diabetes mellitus dan penderita hepatitis. Di Suriname, meniran digunakan untuk menangkal kolik, gangguan ginjal, dan berbagai penyakti lever akut atau kronis.

Bahkan Dr Suprapto, dosen Fakultas Kedokteran Unair Surabaya, telah meneliti khasiat ekstrak meniran yang kemudian dipakai dalam Stimuno. Uji praklinis yang telah dilakukan pada mencit (tikus putih) membuktikan bahwa ekstrak meniran dapat meningkatkan kekebalan.

Selain itu, uji klinis di berbagai rumah sakit juga terbukti bahwa khasiat ekstrak meniran berkhasiat dalam membantu penyembuhan penyakit tuberkulosis, hepatitis dan vulvovaginitis. Meniran yang sudah menjadi obat herbal, telah teruji dengan baik yakni dengan 15  uji klinis.  Obat herbal ini juga telah  memperoleh serifikat Fitofarmaka dari BPOM.

Penemuan itu telah mendapatkan penghargaan dari BJ Habibie Technology Award 2008. Penemuan itu juga telah dipatenkan oleh Dirjen HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual Indonesia) pada tahun 2008.

Meskipun tumbuhan meniran yang hidup secara liar bahkan seringkali dimusnahkan karena dianggap tanaman pengganggu, ternyata memiliki kandungan yang bermanfaat bagi kesehatan, terutama untuk imun tubuh.

 

Tumbuhan Meniran Sebagai Obat Herbal

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *