Penanganan Praktis Penderita Bau Mulut (Halitosis)

Bau Mulut (Halitosis)

Bau mulut atau Halitosis didefinisikan sebagai bau tidak enak yang keluar dari rongga mulut, tanpa melihat sumber bahan odorus dalam nafas. Berdasarkan penyebabnya, halitosis dapat dikelompokkan menjadi intraoral atau faktor lokal dan ekstraoral atau faktor sistemik.

Bau mulut atau halitosis merupakan salah satu masalah kesehatan yang kurang mendapatkan perhatian. Pada kenyataannya, halitosis dapat menjadi pertanda dari suatu kelainan sistemik. Untuk mengatasi halitosis, utamanya adalah niat dari pasien untuk tetap menjaga kebersihan mulutnya. Di samping itu, terdapat beberapa langkah tambahan untuk mengatasi halitosis sesuai dengan jenisnya. Halitosis sendiri dapat dibedakan menjadi genuine halitosis, pseudohalitosis, dan halitofobia

Pada jenis yang pertama, genuine halitosis, ditemukan malodor yang tinggi sehingga dapat mengganggu hubungan sosial penderita dengan orang lain. Malodor fisiologis dapat timbul melalui proses putrefaksi dalam rongga mulut tanpa disertai keadaan patologik yang dapat menimbulkan bau mulut.

Halitosis fisiologis ini terutama berasal dari daerah dorsoposterior lidah. Halitosis fisiologis juga dapat berupa halitosis temporer, contohnya setelah mengkonsumsi bawang putih. Pada kondisi halitosis fisiologis, dokter dapat memberikan penjelasan mengenai halitosis dan instruksi untuk menjaga kebersihan mulut

Terdapat pula genuine halitosis yang bersifat patologis, bersumber dari oral ataupun ekstraoral. Halitosis patologis oral dapat disebabkan penyakit, kondisi patologis atau malfungsi dari jaringan mulut. Halitosis jenis ini berasal dari tongue coating atau keadaan patologis lain, seperti penyakit periodontal dan xerostomia. Sementara itu, pada halitosis ekstra-oral, malodor berasal dari nasal, paranasal, laringeal, saluran nafas, juga pada penyakit sistemik di mana bahan odor dibawa melalui darah dan disebarkan melalui paru, seperti pada diabetes melitus, sirosis hati, uremia, dan perdarahan internal.

Untuk menangani genuine halitosis patologis, selain memberikan penyuluhan, perlu dilakukan profilaksis oral, pembersihan dan perawatan lesi mulut, terutama pada penyakit periodontal. Pada kondisi halitosis patologis ekstraoral dilakukan penanganan terhadap penyakit sitemik yang dicurigai sebagai faktor penyebabnya.

Pseudohalitosis merupakan suatu kondisi di mana malodor tidak dapat dideteksi orang lain meski pasien benar-benar menegaskan adanya bau mulut. Kondisi malodor akan berkurang setelah dilakukan konseling dengan menunjukkan buku-buku pendukung malodor. Pada penderita pseudohalitosis perlu diberikan penjelasan tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan dan tindakan kebersihan mulut ringan, instruksi, edukasi, serta dukungan secara profesional.

Sering kali setelah menjalankan perawatan genuine halitosis atau pseudohalitosis, pasien tetap merasakan dirinya mengalami halitosis. Padahal, tidak ada bukti fisik atau sosial yang menyatakan bahwa ada halitosis yang dialami oleh pasien. Kondisi ini disebut halitofobia. Untuk mengatasinya, dapat dilakukan rujukan ke psikolog klinik atau psikiater.

Sumber: MEDIA AESCULAPIUS

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *